Jumat, 07 Februari 2014

0 Dolalak

Awal mula tarian dolalak

 


   Kesenian Dolalak adalah kesenian khas yang berasal dari kabupaten Purworejo, Kedu, Jawa Tengah. Kesenian yang menampilkan musik dan tarian ini merupakan peninggalan pada zaman penjajahan Belanda. Hal itu dapat dilihat dari baju seragam yang dikenakan para penarinya, sangat kental dengan pengaruh seragam serdadu Belanda. 
  Asal kata Dolalak sendiri adalah dari not Do dan La.ndolalak juga sering
disebut sebagai Anggok oleh masyarakat purworejo sendiri,,ini menurut saya kata itu diambil dari kreasi tarian nya yg mengangguk anggukkan kepala(dalam bahasa purworejo/jawa,dinamakan anggok).


  Asal mula kesenian dolalak adalah akulturasi budaya barat (Belanda) dengan timur (Jawa). Pada jaman Hindia
Belanda, Purworejo terkenal sebagai daerah atau tempat melatih serdadu dan  tentara. Sebagaimana tentara pada jamannya, mereka berasal dari berbagai daerah dan dilatih oleh tentara atau militer Belanda. Mereka hidup di tangsi dan di barak-barak tentara.

  Saat mereka hidup di tangsi tersebut, untuk membuang kebosanan mereka menari dan menyanyi saat malam hari. Beberapa lainnya ada pula yang melakukan gerakan pencak silat dan dansa. Gerakan dan lagu yang menarik kemudian menjadi inspirasi pengembangan kesenian yang sudah ada yaitu rebana (kemprang) dari tiga orang pemuda dari dukuh Sejiwan, desa Trirejo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, yaitu : Rejo Taruno, Duliyat dan Ronodimejo.

  Ketiga orang tersebut bersama dengan warga masyarakat yang pernah menjadi serdadu Belanda membentuk grup kesenian. Awalnya pertunjukan kesenian tersebut tidak diiringi instrumen, namun dengan lagu-lagu vokal yang dinyanyikan silih berganti oleh para penari atau secara koor.

  Pada perkembangan berikutnya, setelah dikenal dan digemari oleh masyarakat, pertunjukan kesenian ini diberi instrumen atau iringan musik dengan lagu-lagu tangsi yang terasa dominan dengan notasi Do-La-La. Dalam proses perkembangannya dari pengaruh jaman dan kondisi kemasyarakatan serta penyajiannya maka kesenian ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan Dolalak (baca: Ndolalak) atau Angguk.

   Busana yang dikenakan oleh penarinya terpengaruh nuansa pakaian serdadu Belanda. Ini dapat kita lihat dari baju lengan panjang dan celana tanggung dengan warna gelap/hitam, pangkat atau rumbai di bahu dan dada, kaos kaki dan topi pet serta kaca mata hitam. Sampur dipergunakan sebagai pelengkap busana yang merupakan kebiasaaan orang Jawa dalam melakukan kegiatan menari.

  Jangan kaget dan heran, kesenian Dolalak biasanya disajikan selama satu hari satu malam. Awalnya para penarinya adalah kaum lelaki. Namun pada perkembangan selanjutnya digantikan oleh perempuan yang masih muda-muda dan rata-rata cantik jelita. Eheemmm...!!!
  Pada jaman dulu, pementasan kesenian Dolalak dilakukan cukup di halaman atau teras rumah dengan menggunakan alas tikar atau kepang. Sekarang, pementasan dilakukan dengan menggunakan panggung yang luas dan sound system yang menggelegar.

  Jumlah penari rata-rata 12 – 14 orang ditambah pengrawit musik sekitar 10 orang. Sebelum kesenian Dolalak mengalami perubahan dan perkembangan, alat musik yang dimainkan hanya berupa 3 rebana (kempreng), kendang, kecer dan bedug atau jidur. Namun, saat ini telah banyak perubahan yang dilakukan oleh seniman-seniman Dolalak, baik itu dari lagu, cengkok, tarian sampai iringan musiknya.

  Alat musik Dolalak saat ini juga semakin bertambah banyak. Rata-rata semua Group Dolalak yang ada di Purworejo sudah menambah alat musiknya dengan keyboard, gitar, bas, cuk, dan drum. Sehingga setiap pementasannya juga mampu menampilkan lagu-lagu dangdut maupun campursari.

  Sajian Tari Dolalak menampilkan beberapa jenis tarian yang tiap jenis dibedakan dengan perbedaan syair lagu yang dinyanyikan dengan jumlah 20 sampai 60 lagu. Pada tiap pergantian lagu akan berhenti sesaat sehingga ada jeda tiap ragam geraknya. Sebenarnya cengkok lagu yang ada di Dolalak sangat mudah dipelajari karena syairnya memakai gaya berpantun. Syair lagu menggunakan bahasa Indonesia dan jawa yang romantis, berisi nasehat, sindiran dan pesan-pesan.

  Hingga saat ini pengembangan tarian tradisional Dolalak tidak saja di kelompok tari/grup. Pemerintah Kabupaten Purworejo melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pembinaan dan pelatihan hingga sekolah-sekolah di seluruh Kabupaten Purworejo. Bahkan telah dipentaskan secara massal oleh siswa pada Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2009 di Alun-alun Purworejo dan seluruh Kecamatan se-Kabupaten Purworejo dengan jumlah peserta 2.100 anak di Alun-alun dan sekitar 16.000 siswa di semua kecamatan.

  Kesenian Dolalak merupakan hiburan atau tontonan yang meriah dan senantiasa menjadi kebanggaan masyarakat Purworejo. Pada era 90-an, kesenian Dolalak benar-benar menjamur diseluruh Kabupaten Purworejo. Hampir setiap desa membentuk rata-rata satu Group kesenian Dolalak. Pokoknya laris manis. Tapi semenjak tahun 2000, kesenian ini semakin lama menuju kepunahan.

  Biasanya, kesenian Dolalak dipentaskan pada acara hajatan baik itu orang menikah, sunatan maupun syukuran. Namun banyak juga yang mementaskannya dalam acara-acara resmi di kabupaten serta peringatan hari besar. Seandainya ingin menikmati kesenian dolalak dan merasakan sentuhan magicnya, saya sarankan menonton di malam hari.


  Oh ya, dalam pementasan Dolalak para penari Dolalak bisa mengalami trance lho, yaitu suatu kondisi mereka tidak sadar karena sudah begitu larut dalam tarian dan musik. Ini yang saya katakan diatas sebagai sentuhan magicnya. Terkadang saat sudah mengalami trance yang diminta juga aneh-aneh. Misalnya makan kembang, kaca, bara api, kemenyan dan minum air kelapa muda.
   Namun, sesuai perkembangan jaman juga, saat ini penari-penari Dolalak sudah tergolong pintar. Mereka tidak lagi makan kaca atupun  minta menyan, yang diminta sekarang kebanyakan Sprite, Coca-Colla, ayam bakar dan bahkan pernah ada yang minta martabak dan terang bulan...hehehehee. Dasar.

  Tapi yang sebenarnya membuat penonton tergila-gila dan tertarik dengan Dolalak bukan semata-mata atraksi magicnya. Bagi kaum laki-laki baik muda maupun tua saya sarankan sebelumnya harus kuat iman dan senantiasa ingat anak istri sebelum menyaksikan kesenian Dolalak. Para penari Dolalak sekarang, disamping masih gadis-gadis belia mereka juga rata-rata bisa dibilang cantik jelita. Apalagi jika sudah mengenakan baju seragamnya yang sebelumnya dibacakan mantera-mantera. Byuuuuuuhhhhh....bikin nggak kuaaat. Hahahahaha.

  Rambut mereka yang rata-rata panjang juga semakin menambah daya tarik tersendiri. Apalagi saat ini celana yang mereka gunakan termasuk dibilang sangat pendek. Otomatis paha para penari yang dibalut stoking itu pun semakin terlihat...indah banget. Hehehe pingin ya?
  Peringatan penting untuk kaum lelaki jika ingin menonton kesenian Dolalak.
Jangan pernah menatap mata para penarinya. Silahkan tatap tarian, goyangan badan bahkan paha-paha mulus para penarinya atau berjoget bersama mereka, tapi tetap jangan pernah menatap mata penarinya. Jika saat mereka menari dan kita bertatap mata kemudian diberikan secuil senyuman oleh mereka. Heemmmmm, alamat..!!! Sampai pagi subuh pun anda akan malas untuk beranjak pulang.

Sumber : http://putropurworejo.blogspot.com/2010/04/asal-mula-ndolalakanggoktarian-khas.html

0 komentar:

Posting Komentar